MAKALAH
P3K
DAN CEDERA OLAHRAGA
“usaha
pencegahan cedera dalam olahraga pencak silat”
Oleh:
YOSSEPRIZAL 1103163/2011
JURUSAN
KESEHATAN REKREASI
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin,
segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah “p3k
dan cedera olahraga”. Kemudian
Shalawat dan salam kita kirimkan untuk junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Makalah
yang berjudul “upaya pencegahan cedera
dalam olahraga pencak silat” ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada bapak Drs.Zulhilmi, dan Anton Komaini, S.Si, M.Pd yang membimbing
perkuliahan ini, seterusnya rekan- rekan mahasiswa Ilmu Keolahragaan dan
segenap pihak yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga
bimbingan yang Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan menjadi amal ibadah dan
mendapat ridho dari Allah SWT.
Penulis
menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki, sehingga mungkin terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin
Padang,
15 mei 2014
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahraga sepak
bola, tenis meja,
balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan social ekonomi
yang rendah sampai
yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan
yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmanidan rohani. Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,
kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan professional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari kebudayaan masyarakat pribumi
Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang
merupakan penduduk asli negara-negara
di kawasan Asteng
(Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang beladiri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll.
Pencak Silat adalah bagian dari kategori cabang olahraga
body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan timbulnya cedera sangat besar. Ada
beberapa hal yang
menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan
yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut.
Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita,
sehingga dapat mengetahui apa yang
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera,
bagaimana mendeteksi suatu cedera
agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
(memeriksakan diri kedokter). Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa kesehatan dan rekreasi. Makalah ini mencakup
agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip,
faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet,
pelatih, maupun guru penjas.
B.
Identifikasi masalah
Berdasarkan pada uraian
latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah,
yaitu:
a.
Sejarah pencak silat
b.
Sarana dan prasarana dalam pencak silat
c.
Cedera yang mungkin terjadi
dalam pencak silat
d.
Usaha pencegahan cedera dalam
pencak silat
a.
Sejarah pencak silat
b.
Sarana dan prasarana dalam pencak silat
c.
Cedera yang mungkin terjadi
dalam pencak silat
d.
Usaha pencegahan cedera dalam
pencak silat
D.
Tujuan penulisan
Tujuan Penulisan Penulisan ini untuk mengetahui:
a.
Bagaimana sejarah pencak silat
b.
Apa saja sarana dan prasarana dalam pencak silat
c.
Apa saja cedera yang mungkin
terjadi dalam pencak silat
d.
Bagaimana usaha pencegahan
cedera dalam pencak silat
E.
Manfaat penulisan
a.
Sebagai pengetahuan bagi
pelatih pencak silat dalam melatih
b.
Sebagai bahan pengetahuan bagi
pembaca agar bisa mengatasi terjadinya cedera baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain.
c.
Bagi penulis sebagai salah satu
tugas P3k dan cedera olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah pencak silat
Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan
nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula
ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari keterampilan
suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang,
perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar. Tradisi
silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari
guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit
ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu
daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan
oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung
Marapipada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan
oleh para perantau Minang ke seluruh Asia
Tenggara. Demikian pula cerita rakyat
mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan
yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah
umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar)
yang dibanggakan, misalnya Si Pitung, Hang Tuah, dan Gajah Mada
Peneliti pencak silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni
bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa
klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan
sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya,
Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak
terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan
spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu
Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri
dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah
mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau
dari India, Cina, dan mancanegara lainnya. Perkembangan silat secara historis
mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama
pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan
pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan
spiritual. Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat,
menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.
Pencak Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku
Melayu dalam pengertian yang luas yaitu
para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa
organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA)
di Malaysia, Persekutuan Silat
Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei.
Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan
Eropa. pencak Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam
pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
B.
Sarana dan prasarana pencak silat
·
Lapangan atau gelanggang
a)
Gelanggang dapat di
lantai atau di panggung dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 cm,
permukaan rata, dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin
berukuran 9×9 meter
b)
Gelanggang
terdiri dari bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran
7×7 meter. Bidang laga berbentuk lingkaran dalam bidang olahraga
3) Batas gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang
3) Batas gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang
c)
Pada tengah-tengah
bidang laga, dibuat lingkaran garis tengah 2 meter selebar 5 cm sebagai batas
pemisah sesaat akan dimulai pertandingan. Lingkaran tersebut mempunyai tanda
garis lurus pada garis tengah lingkaran sebesar 5 cm, yang sejajar dengan sisi
bujur sangkar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang
d)
Sudut pesilat
adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan yang dibatasi oleh
lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
·
Perlengkapan gelanggang
a)
Ember, gelas, kain pel,
dan keset dari ijuk
b)
Jam pertandingan atau
game watch
c)
Gong atau alat yang
berfungsi sama
d)
Lampu pemenang berwarna
merah dan biru
e)
Lampu babak atau tanda lain
untuk menentukan ronde atau babak
f)
Perlengkapan pembantu
pesilat
g)
Formulir pertandingan.
·
Perlengkapan
pertandingan
a)
Pakaian pertandingan
berwarna hitam-hitam
b)
Pelindung badan (body
protector)
c)
Pelindung kemaluan (genital protector).
C.
Cedera yang mungkin terjadi
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 104-105) cedera
yang sering terjadi pada pesilat adalah: Cedera pada muka: Luka terbuka: dekat
mata, dibibir. Hematoma: sekitar mata, sekitar bibir. Perdarahan pada hidung
(epistaksis dan perdarahan pada sudut mulut karena luka dan fraktur tulang
rahang atas, bawah.
Cedera anggota badan (ekstremitas): Kulit: Luka
tertutup (hematoma) pada jari tangan, lengan bawah, tungkai bawah, dan kaki.
Luka terbuka pada jari tangan, lengan bawah, jari kaki, dan tungkai bawah.
Patah tulang: Pada jari tangan dan kaki. Tulang hasta dan pengumpil. Tulang
kering dan betis. Dislokasio (keseleo) pada talokruralis, sendi bahu, jaringan tangan dan kaki. Cedera
pada hip: hip pointer dan hip bursitis.
Cedera pada badan: Pada bagian dada: patah tulang rusuk. Pada bagian perut:
trauma tumpul. Pecahnya organ dalam seperti hati, limpa, dan organ-organ
berongga. Hematoma pada skrotum, buah pelir.
Cedera pada kepala (S.S.P): Kehilangan konsentrasi
atau penurunan kesadaran sampai pingsan oleh karena pukulan, tendangan,
bantingan (gegar otak), dan yang paling berat bisa terjadi perdarahan otak
(kematian).
D.
Usaha pencegahan cedera
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat
dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit
akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur baik otot maupun tubuh
secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh
fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun
ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot dan tidak memiliki kelainan
anatomis maupun antropometri. "Jangan anggap enteng
pemanasan."Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan
spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/
exercise dan peregangan/ stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan
pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Sedangkan
pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit,
diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit. Latihan (training) perlu dilakukan
secara teratur, sistematis dan terprogram. Endurance training adalah latihan
yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot
agar lebih efisien dan tidak cepat lelah. Langkah lain yang perlu diperhatikan
dalam melakukan Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan
mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha "eksplosif" (misal
pada lempar lembing ). Sedangkan skill training bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik
yang paling tinggi. Kesehatan jasmani dan rohani juga memegang peranan penting.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan
dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
Selain itu mematuhi aturan pertandingan juga
mempunyai andil dalam upaya pencegahan cedera olahraga. Pada body contact
sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli
dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misalnya pada
pertandingan bela diri, seperti Pecak silat. Faktor tidak memiliki kelainan
anatomis maupun antropometri, misalnya kelainan anatomis tungkai X atau O,
sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang dapat
memberikan andil dalam cedera olahraga. Menggunakan peralatan atau pelindung
yang memadai juga perlu diperhatikan dengan seksama. Menggunakan sepatu
olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga
tertentu merupakan salah satu upaya pencegahan cedera. Dan terakhir adalah
melakukan 10 prinsip utama "conditioning", yaitu pemanasan yang
cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas,
kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
\
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot dan
rangka tubuh yang disebabkan oleh
kegiatan olah raga. Seperti patah tulang, shin splints, tendinitis, lutut
pelari, cedera urat lutut, punggung atlet angkat besi, sikut petenis, cedera
kepala, cedera kaki. Cedera tidak dapat dihindari oleh atlet, terutama pada
olahraga yang melibatkan benturan fisik seperti Pencak silat. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi
untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression,
Elevation, dan Stabilization). Agar cedera dapat dihindari melakukan pemanasan
dan pendinginan dengan benar, latihan (training) dan strength training, sehat
jasmani dan rohani, mematuhi aturan pertandingan dan memperhatikan masa
pemulihan atlet setelah fase cedera.
B.
Saran
penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah yang berjudul upaya pencegahan cedera pada pencak silat masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka dari
itu saya selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hardianto
Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
www.artikel
cedera olahraga pencaksilat.com
www.sarana
dan prasarana pencaks ilat.com
joya shoes 909c6labql370 joya sko,joya sko,joya skor,Cipő joya,zapatos joya,joya schoenen verkooppunten,Scarpe joya,chaussures joya,joya schuhe wien,joya schuhe joya shoes 889o4gzirs097
BalasHapus