Senin, 24 November 2014

cedera strain tingkat II pada Musculus Ektensor Carpi Radialis Dektra




MAKALAH

FISIOTERAPI OLAHRAGA


“Cedera Strain Tingkat II Pada Musculus Extensor Carpi Radialis Dextra
 





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud unutk memelihara kesehatan dan kekuata otot-otot tubuh.kegiatan ini dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,menyenangkan atau juga dilakukan untuk meningkatkan prestasi
Pemerintah sendiri menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia indonesian sehingga memiliki tingkat kesehatan  dan kebugaran yang cukup.
Di  provinsi sumatera barat berkembang pesat memiliki masyarakat yang mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap perkembangan dunia olahraga. Olahraga sudah menempati posisi yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sumatera bahkan meningkatkan minat masyarakat ditunjukan dengan semakin banyaknya cabang-cabang olahraga. Salah satu cabang yang banyak diminati masyaakat adalah Silat.
Pencak silat merupakan seni budaya asli dari indonesia,telah berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai manca negara.perkwmbangan olahraga di mancan negara tersebut mengalami peningkatan yang pesat, Akibat dengan banyaknya kejuaraan diselenggarakan secara single event dan multi event.
Dengan adanya event yang banyak otomatis akan meningkatkan jumlah atlet yang berpartisipasi, sehingga pemasalan atlet yang dilakukan sejak diniakan menimbukan atlet-atlet yang berpotensi. Oleh sebab itu permasalahan perlu diimbangi dengan pola pembinaan dan program pelatihan yang benar dan sesuai dengan usianya.
Pencapaian prestasi optimal tidak terlepas dari pembinaan fisik, teknik, dan mental. Faktor fisik merupakan peranan yang sangat utama, dalam hal ini maka keberadaan fisik yang merupakan modal utama bagi atlet dalam meaih prestasi.
Permukaan matras pertandingan yang keras akan memberikan suatu dorongan gaya yang sama dengan gaya yang akan diperoleh sehingga perlu diberikan latihan yang berbeda agar dapat meniigkatkan gaya yang diperoleh tersebut. Tapi sayangnya banyak atlit yang lalai terhadap suatu gerakan yang dapat mengakibatkan cidera, sehingga ada beberapa atlit silat yang mengalami cidera. Cidera yang sering terjadi di silat adalah patah tulang ( fraktur ) pada tangan, cerai sendi ( dislokasi ) pada bahu, terkilir otot ( strain ) pada Musculus Extensor Carpi Radialis Dextra, terkilir sendi ( sprain ) pada Talo Cruralis.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang cidera otot yang sering terjadi di cabang olahraga silat maka kami akan membahas tentang “ strain tingkat 2 pada musculus extensor carpi radialis dextra”
B.     Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1.      bagaimana patah tulang (fraktur) pada tangan sering terjadi pada atlit pencak silat saat pertandingan?
2.      Bagaimana pertolongan pertama saat terjadinya dislokasi pada bahu  atlit pencak silat saat bertandingan?
3.      Bagaimana penatalaksanaan strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra?
4.      Apa saja penyebab terjadi nya cedera sprain pada Talo Cruralis dalam melakukan aktivitas latihan pencak silat?


C.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : penatalaksanaan strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana penatalaksanaan strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra.
E.     Tujuan penelitian
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra yang mengakibatkan cidera otot pada atlet pencak silat.
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui pengaruh dari terjadinya strain  tingkat 2 musculus extensor carpi radialis dextra
b.      Untuk mengetahui dimana letak terjadinya cidera otot pada atlet.
F.     Manfaat penelitian
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitian ini mempunyai mafaat sebagai berikut :
1.      Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi keilmuan dari olahraga pencak silat.
2.      Memberi informasi dan keputakaan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan wancana dalam melatih agar sedikit terjadinya cidera pada atlet.
3.      Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan memberikan tambahan cakrawala berpikir kepada para pelatih untuk lebih kreatif dan variatif dalam menyusun bentuk latihan supaya sedikit terjadinya resiko cidera pada atlet.



















BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.    Anatomi dari musculus extensor carpi radialis dextra
a.       Otot ( musculus )
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang bila berelaksasi.kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu :
a.       Kontraksibilitas kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula.
b.      Ekstensibilitas,yaitu kemamp[uan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula
c.       Elastisitas kemampuan otot untuk kembali kepada ukuran semula.
Dibawah ini merupakan contoh otot yang terjadi pada cidera strain tingkat 2 musculus extensor carpi radialis dextra .
Otot-otot yang berpengaruh terhadap terjadinya cidera strain tingkat 2 pada musculus extensor carpi radialis dextra :
a.      Otot ekstensor carpi radialis longus
adalah satu dari lima otot utama yang mengatur pergerakan pergelangan tangan. Sesuai dengan namanya (Latin longus: panjang), otot ini berukuran cukup panjang.
b.      Dalam anatomi manusia, ekstensor karpi radialis brevis
adalah otot di lengan bawah yang bertindak untuk memperluas dan menculik pergelangan tangan. Hal ini lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan senama ekstensor carpi radialis longus yang dapat ditemukan di atas ujung proksimal ekstensor carpi radialis brevis.
b.      Tulang ( humerus )
Penopang tubuh vertebrata tanpa tulang. Pati tubuh kita tidak bisa berdiri tegak , tulang mulai terbentuk semenjak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.
Berikut ini contoh tulang yang terdapat pada extensor carpi radialis dextra :
                    http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/47/Gray214.png/640px-Gray214.png

Keterangan :
1.      Tulang hasta atau radius
adalah tulang lengan bawah yang menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari. Tulang hasta terletak di sisi lateral tulang pengumpil (radius). Bentuk badan tulang hasta semakin ke bawah semakin membesar yang akan membentuk persendian pergelangan tangan.
Ujung atasnya bersendi dengan tulang lengan atas (humerus) pada persendian siku dan dengan tulang pengumpil di persendian radioulnaris superior. Ujung bawahnya bersendi dengan tulang scaphoideum dan lunatum (salah satu tulang pergelangan tangan), serta dengan tulang hasta pada persendian radioulnaris inferior.
Otot-otot yang melekat pada tulang hasta:
·         Otot biceps brachii
·         Otot supinator
·         Otot flexor pollicis longus
·         Otot pronator teres
·         Otot pronator quadratus
·         Otot brachioradialis
·         Otot abductor pollicis longus
·         Otot extensor pollicis brevis
2.      Tulang hasta atau ulna
merupakan tulang panjang di bagian medial lengan bawah. Terletak sejajar dengan tulang pengumpil.
Ujung atasnya bersendi dengan tulang lengan atas (humerus) pda sendi siku, dan dengan caput radii (kepala bonggol tulang pengumpil) pada persendian radioulnaris superior (persendian tulang hasta dan pengumpil bagian atas). Pada bagian bawah bersendi dengan tulang pengumpil pada persendian radioulnaris inferior.
Otot-otot yang melekat pada tulang hasta adalah:
·         Otot pronator teres
·         Otot flexor pollicis longus
·         Otot brachialis
·         Otot pronator quadratus
·         Otot supinator
·         Otot triceps brachii
·         Otot anconeus
·         Otot extensor carpi ulnaris
·         Otot flexor carpi ulnaris
·         Otot abductor pollicis longus
·         Otot extensor pollicis longus
·         Otot extensor indicis
c.       Sendi ( articulatio )
Sendi adalah struktur khusus pda tubuh yang berfungsi sebagai penggerakan hubungan antar tulang. Jadi sendi adalah daerah tempat dua tulang menyatu, untuk diketahui tulang didalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak erat.
            Contoh gambar sendi :
http://wawankxvloid.files.wordpress.com/2013/04/the-elbow-joint.jpghttp://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/92/Gray526.png
ARTICULATIO CUBITI
Articulatio cubiti atau disebut juga sendi diku di bentuk oleh tiaga komponen tulangh yang bersendiyaitu os humerus,os radius, dan os ulna yang demikian disebut articulato composite.
Pada sendi ini dapat di bedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
·         Articulatio humeroulnaris : sendi yang di bentuk olehtrochlea humeri dan incisura semilunaris ulnae.Berdasarkan bentuk tulang yang bersendi,articulation ini diklasifikasikan sebagai articulation trochlearis karena salah satu tulang bersendi berbentuk seperti pada kerekan yang mempunyai aksis tranversal yang melalui trochlea humeri.
·         Articulatio humeroradialis : sendi  yang dibentuk oleh capituculum humeri dan fovea capituli radiiarticulatio ini diklasifikasikan sebagai articulatio globoidea atau sendi peluru yang mempunyai tiga aksis yaitu aksis sagital,tranversal, dan longitudinal.
·         Articulatio radioulnaris proximalis : sendi yang si bentuk oleh cirumferentia articularis radii dan incisura radialis ulnae.Articulatio ini di klasifikasikan sebagai articulatio trochoideayang mempunyai satu aksis yaitu aksis longitudinal.
Ketiga articulatio terebut mempunyai ligamentum bersama-sama dalam satu kapsul sendi.Ligamentum tersebut adalah :
a.       Ligamentum collaterale ulnae,berdasarkan tempat perletakannya di bagi jadi tiga,yaitu:
·         Pars anterior,dari epicondyulus humeri ke processus coronodeus.
·         Pars posterior,dari epicondyulus medialis humeri ke olecranon.
·         Pars tranversa,dari perlekatan ulna antara kedua ligamentum terdahulu.
b.      Ligamentum collaterale radiale : terbentang dari epicondyulus lateralis humeri ke ulna dan ligamentum alnulare radii.
c.       Ligamentum anulare radii yaitu ligamentum yang melingkari circumferentina articularis radii dan melekat pada tepi ventral dan dorsal incisura radialis radii.
B.       Pengertian  Cedera Strain.
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas normal atau robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi batas normal.
 Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Strain diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya :
a.       Derajat/Tingkat I 
Regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal. Strain pada tingkat ini tidak ada robekan dan bersifat ringan. Misalnya strain pada otot hamstring yang mengganggu atlit sprint.
b.      Derajat II
Regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri danbengkak sehingga mempengaruhi kekuatannya.
c.       Derajat III
Robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.

v  Penyebab terjadinya strain :
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot melebihi batas normal. (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap.
Gejala dan tanda-tandanya adalah
·         Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai gejala dan tanda-tanda sebagai berikut :
a.       Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku.
b.      Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan
c.       Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Dan pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi
d.      Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
e.       Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
v  Pencegahan strain
Sakit strain pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas dan sebaiknya melakukan pemanasan, peregangan, stretching, melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan aktivitas dan tidak melakukan gerakan latihan terlalu banyak/cepat dan tidak berlebihan atau melebihi beban/normal. Selain itu untuk menghindari terjadinya strain seseorang dapat melakukan latihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut. Selain itu pencegahan strain dengan melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu membebani otot, antara lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun senam-senam yang memperkuat dan memelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat cedera dapat diatasi sehingga aktivitas secara bertahap dapat dilakukan.
v  Cara Penanganan strain
Pada orang yang mengalami strain diberi penanganan sebagai berikut :
1.      Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera. Segera berhenti melakukan segala aktivitas, pepatah “no pain no gain” yang dianut beberapa olahragawan tidak dapat dibenarkan dalam kasus ini. Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2.      Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
3.      Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu. Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah yang berakibat keluarnya “isi” pembuluh darah tersebut ke jaringan sekitar nya sehingga bengkak, pembuluh darah sekitar tempat cedera juga akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan “menyempitkan” pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah.
4.      Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda2 peradangan seperti bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa dilakukan.
5.      Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan. Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dan dalam penekanan tetap ditinggikan. Tekanlah pada daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat
6.       Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
7.      Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.
8.      Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto rontgen dan rujuk ke fasilitas kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu
H  : Heat, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A  : Alkohol, akan meningkatkan pembengkakan
R  : Running, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera
M    : Massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak Jaringan
C.     Penatalaksanaan
1.      Anamnesa (tanya jawab)
Penanya           : nama bapak siapa?
Pasien              : jamal.
Penanya           : kenapa dengan tangan kanan bapak?
Pasien              : terasa nyeri dan sakit.
Penanya           : apa penyebabnya tangan bapak bisa sakit?
Pasien              : tejadi benturan saat latihan pencak silat
Penanya             : kalau begitu segera diperiksa atau di obati pak supaya sakitnya tidak bartambah.
Pasien              : temakasih sebelumnya.
2.      Pemeriksaan
1)      Inspeksi (perlihatan)
Ciri-ciri
keterangan
Memar
Ada
Pembengkakan
Ada
Warna merah kebiruan
Ada



2)      Palpasi (rabaan)
Ciri-ciri
keterangan
Rasa nyeri
Ada
Fungsileosa
Ada

3)      Tahanan /tarikan
a.       Tarikan
          


b.      Tahanan
                              
3.      Dianogsa medis
Ada pun hasil dari pemeriksaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami cedera strain tingkat II pada M. Extensor carpi radialis dextra.
4.      Pertolongan pertama
a.       Rest (istirahat)
Rest merupakan mengestirahatkan bagian tubuh yang cedera.
Manfaatnya:
v  Mencegah cedera lebih lanjut
v  Proses penyembuhan lebih cepat
b.      Ice (kompres dingin)
pemberikan es secara langsung terhadap bagian otot yang cedera akan berakibat tidak baik terhadap otot yang cedera, dalam pemberian es hendaknya dengan memasukan pecahan es kedalam kantong plastik kemudian di balut dengan menggunakan kain halus seluas area cedera dan lebih, kemudian tempelkan pada bagian yang cedera. Pemberian es sebaiknya dilakukan dalam waktu 8-10 menit kemudian hentikan setelah 10 menit dan di teruskan kembali pada 2-5 menit kemudian. Pemberian es secara berkala ini dilakukan selama 24jam pertama setelah terjadi cedera.
           
Manfaat pemberian es yaitu:
v  Menghilangkan rasa nyeri
v  Mengurangi bengkak
v  Memperkecil pembuluh darah
c.       Compression (balut tekan)
Balut tekan ini dilakukan untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi setelah cedera dan menghindari terjadinya gerakan (imobilisasi), untuk balut tekan ini dibalutkan pembalut elastis di daerah yang cedera. Jangan membalut terlalu kuat karena dapat menghentikan aliran darah sehingga bisa menyebabkan jaringan menjadi mati.
           
d.      Elevation (ditinggikan)
Elevasi dilakukan dengan cara meninggikan bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari jantung, yang berfungsi untuk mengurangi pengaliran cairan yang berlrbihan.
           
D.    Rehabilitasi
Proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seopymial mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi di defenisikan sebagai “suatu program holistik dan terpadu atas intervesi-intervensi medis, fisik, psikologis, dan vokasional yangb memberdayakan seseorang yang membnerdayakan seseorang untuk meraih pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yaqng fungsional dengan dunia.
Rehabilitasi terbagi atas 3 ,yaitu :
a.       Heartreatman
Heat treatmen yang di berikan adalah dengan memberikan sinar cahaya untuk proses penyembuhan dengan menggunakan IRR (Infra Red Rays) yaitu dengan sinar buataan (artificial) yang disebut dengan lampu solux.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwlqjlfFlhpNZGgICXe4m62GId28NMN2RvxNKwuyo8r-53I538JPoXUI6sp33JfNz7-FIBX8KLHDBdHoPLRufygjTShwG134RpjNJJ13xrLWUBDZJuagzSCS0cgD6GysPfW0rujlxMyI8u/s320/Lampu+Infrared+Terapi.jpg
Pencahayaan diarah pada otot yang cidera dengan jarak lebih kurang 50cm, lama pemberian yaitu 20-30 menit.
Manfaat terapi menggugunakan lampu solux
-          Untuk memperlncar sirkulasi darah
-          Relaksasi otot
-          Untuk merangsang sistem syaraf priver
b.      Massages teraphy
Yaitu pengobatan dengan cara memijit atau massage yang biasa digunakan dengan cara dan teknik friction dan eflurase, pemberian masasse ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, memulihkan elastisitas otot, menaikan tonus otot, memecah pengumpulan darah, melepaskan perlengketan otot.
Dibawah ini merupaka contoh teknik friction dan eflurase :
v  Friction
http://physiotherapycare.files.wordpress.com/2012/07/23.png
v  Eflurase
http://physiotherapycare.files.wordpress.com/2012/07/efflurage.png


c.       Exercise teraphy
Pengobatan yang di gunakan dengan cara latihan yang bertujuan untuk melatih bagian otot yang kaku. Pengobatan ini terbagi dengan 2 cara:
·         Pasif excercise teraphy
Pasien didiamkan dan fisioterapi yang aktif. Pelaksanaannya adalah fisioterapi menggerakan tangan korban dengan gerakan fleksi, dan ektensi. Gerakan ini dilakukan sekali sehari dengan 10 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari, sampai korban mampu untuk menggerakan sendiri bagian otot yang cedera.
·         Aktif excersise
Yaitu gerakan yang dilakukan secara sadar ( volentari ). Yang terbagi atas 4 bagian,yaitu :
ü  Assisted aktif excercise
Pada tahap ini pasien sudah bisa menggerakan bagian otot yang cedera tapi masih butuh bantuan dari fisioterapi. Gerakan ini membutuhkan 10-12 kali pengulangan setiap harinya, sampai pasien dapat melakukan gerakan sendiri.

ü  Free aktif exercise ( bebas )
Pada tahap ini pasien sudah dapat melakukan gerakan fleksi dan ektensi pada bagian otot yang cedera dengan bebas dan si penolong hanya memberikan arahan kepada pasien bagaimana gerakan dilakukan. Gerakan ini diulang sebanyak 10-12 kali dalam satu hari.
ü  Resisted aktif exercise ( tahanan )
Pada tahapan ini pasien telah bisa melakukan gerakan sendiri dan bahkan gerakan yang dilakukan oleh pasien tersebut sudah menggunakan beban, seperti barbel. Gerakan yang dilakukan oleh korban yaitu sebanyak 10-12 kali sampai keadaan otot pada korban normal, gerakan yang dilakukan adalah fleksi dan ektensi. Seperti gambar dibawah ini:













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot kepala, cedera kaki. Cedera tidak dapat dihindari oleh atlet, terutama pada olahraga yang melibatkan benturan fisik seperti Pencak silat. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Stabilization). Agar cedera dapat dihindari melakukan pemanasan dan pendinginan dengan benar, latihan (training) dan strength training, sehat jasmani dan rohani, mematuhi aturan pertandingan dan memperhatikan masa pemulihan atlet setelah fase cedera.

B.     Saran
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah yang berjudul upaya pencegahan cedera pada pencak silat masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu saya selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA

Hardianto Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

www.Artikel cedera olahraga pencak silat.com