MAKALAH
FISIOTERAPI OLAHRAGA
“Cedera Strain
Tingkat II Pada Musculus Extensor Carpi Radialis Dextra”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang
dilakukan dengan maksud unutk memelihara kesehatan dan kekuata otot-otot
tubuh.kegiatan ini dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang
menghibur,menyenangkan atau juga dilakukan untuk meningkatkan prestasi
Pemerintah sendiri menjadikan olahraga sebagai
pendukung terwujudnya manusia indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga
sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yaitu menumbuhkan budaya olahraga
guna meningkatkan kualitas manusia indonesian sehingga memiliki tingkat
kesehatan dan kebugaran yang cukup.
Di provinsi
sumatera barat berkembang pesat memiliki masyarakat yang mempunyai apresiasi
yang tinggi terhadap perkembangan dunia olahraga. Olahraga sudah menempati
posisi yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sumatera bahkan
meningkatkan minat masyarakat ditunjukan dengan semakin banyaknya cabang-cabang
olahraga. Salah satu cabang yang banyak diminati masyaakat adalah Silat.
Pencak silat merupakan seni budaya asli dari
indonesia,telah berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di
berbagai manca negara.perkwmbangan olahraga di mancan negara tersebut mengalami
peningkatan yang pesat, Akibat dengan banyaknya kejuaraan diselenggarakan
secara single event dan multi event.
Dengan adanya event
yang banyak otomatis akan meningkatkan jumlah atlet yang berpartisipasi,
sehingga pemasalan atlet yang dilakukan sejak diniakan menimbukan atlet-atlet
yang berpotensi. Oleh sebab itu permasalahan perlu diimbangi dengan pola
pembinaan dan program pelatihan yang benar dan sesuai dengan usianya.
Pencapaian prestasi optimal tidak terlepas dari
pembinaan fisik, teknik, dan mental. Faktor fisik merupakan peranan yang sangat
utama, dalam hal ini maka keberadaan fisik yang merupakan modal utama bagi
atlet dalam meaih prestasi.
Permukaan matras pertandingan yang keras akan
memberikan suatu dorongan gaya yang sama dengan gaya yang akan diperoleh
sehingga perlu diberikan latihan yang berbeda agar dapat meniigkatkan gaya yang
diperoleh tersebut. Tapi sayangnya banyak atlit yang lalai terhadap suatu
gerakan yang dapat mengakibatkan cidera, sehingga ada beberapa atlit silat yang
mengalami cidera. Cidera yang sering terjadi di silat adalah patah tulang (
fraktur ) pada tangan, cerai sendi ( dislokasi ) pada bahu, terkilir otot (
strain ) pada Musculus Extensor Carpi Radialis Dextra, terkilir sendi ( sprain
) pada Talo Cruralis.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang
cidera otot yang sering terjadi di cabang olahraga silat maka kami akan
membahas tentang “ strain tingkat 2 pada musculus extensor carpi radialis
dextra”
B.
Identifikasi
masalah
Dari latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. bagaimana
patah tulang (fraktur) pada tangan sering terjadi pada atlit pencak silat saat
pertandingan?
2. Bagaimana
pertolongan pertama saat terjadinya dislokasi pada bahu atlit pencak silat saat bertandingan?
3. Bagaimana
penatalaksanaan strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra?
4. Apa
saja penyebab terjadi nya cedera sprain pada Talo Cruralis dalam melakukan
aktivitas latihan pencak silat?
C.
Batasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : penatalaksanaan strain tingkat
II pada musculus extensor carpi radialis dextra.
D.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana penatalaksanaan strain
tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra.
E.
Tujuan
penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya
strain tingkat II pada musculus extensor carpi radialis dextra yang
mengakibatkan cidera otot pada atlet pencak silat.
2. Tujuan
khusus
a. Untuk
mengetahui pengaruh dari terjadinya strain
tingkat 2 musculus extensor carpi radialis dextra
b. Untuk
mengetahui dimana letak terjadinya cidera otot pada atlet.
F.
Manfaat
penelitian
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang
diteliti, penelitian ini mempunyai mafaat sebagai berikut :
1. Dari
segi teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi keilmuan dari
olahraga pencak silat.
2. Memberi
informasi dan keputakaan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan wancana
dalam melatih agar sedikit terjadinya cidera pada atlet.
3. Dari
segi praktis, penelitian ini diharapkan memberikan tambahan cakrawala berpikir
kepada para pelatih untuk lebih kreatif dan variatif dalam menyusun bentuk
latihan supaya sedikit terjadinya resiko cidera pada atlet.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Anatomi
dari musculus extensor carpi radialis dextra
a. Otot
( musculus )
Otot merupakan alat gerak aktif karena
kemampuan berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang bila
berelaksasi.kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan,
sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat. Dengan demikian
otot memiliki 3 karakter, yaitu :
a. Kontraksibilitas
kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula.
b. Ekstensibilitas,yaitu
kemamp[uan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran semula
c. Elastisitas
kemampuan otot untuk kembali kepada ukuran semula.
Dibawah ini merupakan contoh otot yang
terjadi pada cidera strain tingkat 2 musculus extensor carpi radialis dextra .
Otot-otot yang berpengaruh terhadap
terjadinya cidera strain tingkat 2 pada musculus extensor carpi radialis dextra
:
a.
Otot ekstensor carpi radialis
longus
adalah satu dari lima otot
utama yang mengatur pergerakan pergelangan tangan. Sesuai dengan namanya (Latin
longus: panjang), otot ini
berukuran cukup panjang.
b.
Dalam anatomi manusia,
ekstensor karpi radialis
brevis
adalah otot
di lengan bawah yang bertindak untuk memperluas dan menculik pergelangan tangan. Hal ini lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan senama ekstensor
carpi radialis longus
yang dapat ditemukan di atas ujung proksimal ekstensor carpi radialis brevis.
b. Tulang
( humerus )
Penopang tubuh vertebrata tanpa tulang.
Pati tubuh kita tidak bisa berdiri tegak , tulang mulai terbentuk semenjak bayi
dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang
teratur.
Berikut
ini contoh tulang yang terdapat pada extensor carpi radialis dextra :
Keterangan
:
1.
Tulang hasta atau radius
adalah tulang
lengan bawah yang menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari.
Tulang hasta terletak di sisi lateral
tulang pengumpil (radius). Bentuk badan tulang hasta semakin ke bawah semakin
membesar yang akan membentuk persendian pergelangan tangan.
Ujung atasnya bersendi dengan tulang
lengan atas (humerus) pada persendian siku dan
dengan tulang pengumpil di persendian
radioulnaris superior. Ujung bawahnya bersendi dengan tulang scaphoideum dan
lunatum (salah satu tulang pergelangan tangan), serta dengan tulang
hasta
pada
persendian radioulnaris inferior.
Otot-otot
yang melekat pada tulang hasta:
2.
Tulang hasta atau ulna
Ujung atasnya bersendi dengan tulang
lengan atas (humerus) pda sendi siku, dan dengan
caput radii (kepala bonggol tulang pengumpil) pada persendian radioulnaris superior
(persendian tulang hasta dan pengumpil bagian atas). Pada bagian bawah bersendi
dengan tulang pengumpil
pada persendian radioulnaris inferior.
Otot-otot
yang melekat pada tulang hasta adalah:
c.
Sendi ( articulatio )
Sendi adalah struktur khusus pda tubuh yang berfungsi sebagai penggerakan
hubungan antar tulang. Jadi sendi adalah daerah tempat dua tulang menyatu,
untuk diketahui tulang didalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak
erat.
Contoh
gambar sendi :
ARTICULATIO
CUBITI
Articulatio
cubiti atau disebut juga sendi diku di bentuk oleh tiaga komponen tulangh yang
bersendiyaitu os humerus,os radius, dan os ulna yang demikian disebut
articulato composite.
Pada
sendi ini dapat di bedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
·
Articulatio humeroulnaris : sendi yang
di bentuk olehtrochlea humeri dan incisura semilunaris ulnae.Berdasarkan bentuk
tulang yang bersendi,articulation ini diklasifikasikan sebagai articulation
trochlearis karena salah satu tulang bersendi berbentuk seperti pada kerekan
yang mempunyai aksis tranversal yang melalui trochlea humeri.
·
Articulatio humeroradialis : sendi yang dibentuk oleh capituculum humeri dan
fovea capituli radiiarticulatio ini diklasifikasikan sebagai articulatio
globoidea atau sendi peluru yang mempunyai tiga aksis yaitu aksis
sagital,tranversal, dan longitudinal.
·
Articulatio radioulnaris proximalis :
sendi yang si bentuk oleh cirumferentia articularis radii dan incisura radialis
ulnae.Articulatio ini di klasifikasikan sebagai articulatio trochoideayang
mempunyai satu aksis yaitu aksis longitudinal.
Ketiga articulatio terebut mempunyai
ligamentum bersama-sama dalam satu kapsul sendi.Ligamentum tersebut adalah :
a. Ligamentum
collaterale ulnae,berdasarkan tempat perletakannya di bagi jadi tiga,yaitu:
·
Pars anterior,dari epicondyulus humeri
ke processus coronodeus.
·
Pars posterior,dari epicondyulus
medialis humeri ke olecranon.
·
Pars tranversa,dari perlekatan ulna
antara kedua ligamentum terdahulu.
b. Ligamentum
collaterale radiale : terbentang dari epicondyulus lateralis humeri ke ulna dan
ligamentum alnulare radii.
c. Ligamentum
anulare radii yaitu ligamentum yang melingkari circumferentina articularis
radii dan melekat pada tepi ventral dan dorsal incisura radialis radii.
B.
Pengertian Cedera Strain.
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung
(impact) atau tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas
normal atau robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat yg
menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi batas
normal.
Strains sering terjadi pada bagian
groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan
otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain
bola. Strain diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya :
a.
Derajat/Tingkat I
Regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal. Strain pada tingkat ini
tidak ada robekan dan bersifat ringan. Misalnya strain pada otot hamstring yang
mengganggu atlit sprint.
b.
Derajat II
Regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri
danbengkak sehingga mempengaruhi kekuatannya.
c.
Derajat III
Robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada
yang putus.
v Penyebab
terjadinya strain :
Strain
terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot melebihi batas normal. (Abnormal
stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu.
Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, atau
ketika terjadi kontraksi, otot belum siap.
Gejala
dan tanda-tandanya adalah
·
Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai
gejala dan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Strain
ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada
bagian otot yang mengaku.
b. Strain
total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan
c. Nyeri
yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Dan pada cidera strain rasa
sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi
d. Nyeri
menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
e. Cidera
strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada
bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang
sobek, dan otot mengalami kekejangan.
v
Pencegahan strain
Sakit strain
pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan
aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai,
misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas dan
sebaiknya melakukan pemanasan, peregangan, stretching, melakukan gerakan dengan
benar dan tidak melakukan aktivitas dan tidak melakukan gerakan latihan terlalu
banyak/cepat dan tidak berlebihan atau melebihi beban/normal. Selain itu untuk
menghindari terjadinya strain seseorang dapat melakukan latihan-latihan
fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini.
Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan,
terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut. Selain itu pencegahan
strain dengan melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu
membebani otot, antara lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun
senam-senam yang memperkuat dan memelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis
yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat cedera dapat diatasi sehingga
aktivitas secara bertahap dapat dilakukan.
v
Cara Penanganan strain
Pada orang yang mengalami strain diberi penanganan sebagai berikut :
Pada orang yang mengalami strain diberi penanganan sebagai berikut :
1.
Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman,
istirahatkan bagian yang cedera. Segera berhenti melakukan segala aktivitas,
pepatah “no pain no gain” yang dianut beberapa olahragawan tidak dapat
dibenarkan dalam kasus ini. Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg
terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2.
Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk
mengurangi pembengkakan yang berlebihan
3.
Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam
bila perlu. Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah
yang berakibat keluarnya “isi” pembuluh darah tersebut ke jaringan sekitar nya
sehingga bengkak, pembuluh darah sekitar tempat cedera juga akan melebar
(dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan
“menyempitkan” pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi bengkak. Kompres
dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru
kan mengganggu sirkulasi darah.
4.
Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda2 peradangan
seperti bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian
kompres hangat bisa dilakukan.
5.
Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan.
Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan perban/dibalut.
Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dan dalam
penekanan tetap ditinggikan. Tekanlah pada daerah cedera sampai nyeri hilang
(biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk
cedera berat
6.
Tinggikan daerah
yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
7.
Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika
berjalan.
8.
Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto
rontgen dan rujuk ke fasilitas kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu
H :
Heat, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A :
Alkohol, akan meningkatkan pembengkakan
R :
Running, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera
M : Massage, tidak boleh diberikan pada masa
akut karena akan merusak Jaringan
C.
Penatalaksanaan
1. Anamnesa
(tanya jawab)
Penanya : nama bapak siapa?
Pasien
: jamal.
Penanya
: kenapa dengan tangan kanan
bapak?
Pasien : terasa nyeri dan sakit.
Penanya : apa penyebabnya tangan bapak bisa
sakit?
Pasien : tejadi benturan saat latihan
pencak silat
Penanya :
kalau begitu segera diperiksa atau di obati pak supaya sakitnya tidak
bartambah.
Pasien :
temakasih sebelumnya.
2. Pemeriksaan
1) Inspeksi
(perlihatan)
Ciri-ciri
|
keterangan
|
Memar
|
Ada
|
Pembengkakan
|
Ada
|
Warna
merah kebiruan
|
Ada
|
2) Palpasi
(rabaan)
Ciri-ciri
|
keterangan
|
Rasa
nyeri
|
Ada
|
Fungsileosa
|
Ada
|
3) Tahanan
/tarikan
a. Tarikan
b. Tahanan
3. Dianogsa
medis
Ada pun hasil dari pemeriksaan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami cedera strain tingkat II pada M. Extensor
carpi radialis dextra.
4. Pertolongan
pertama
a. Rest
(istirahat)
Rest
merupakan mengestirahatkan bagian tubuh yang cedera.
Manfaatnya:
v Mencegah
cedera lebih lanjut
v Proses
penyembuhan lebih cepat
b. Ice
(kompres dingin)
pemberikan
es secara langsung terhadap bagian otot yang cedera akan berakibat tidak baik
terhadap otot yang cedera, dalam pemberian es hendaknya dengan memasukan
pecahan es kedalam kantong plastik kemudian di balut dengan menggunakan kain
halus seluas area cedera dan lebih, kemudian tempelkan pada bagian yang cedera.
Pemberian es sebaiknya dilakukan dalam waktu 8-10 menit kemudian hentikan
setelah 10 menit dan di teruskan kembali pada 2-5 menit kemudian. Pemberian es
secara berkala ini dilakukan selama 24jam pertama setelah terjadi cedera.
Manfaat pemberian es yaitu:
v
Menghilangkan rasa nyeri
v
Mengurangi bengkak
v
Memperkecil pembuluh darah
c. Compression
(balut tekan)
Balut
tekan ini dilakukan untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi setelah cedera
dan menghindari terjadinya gerakan (imobilisasi), untuk balut tekan ini
dibalutkan pembalut elastis di daerah yang cedera. Jangan membalut terlalu kuat
karena dapat menghentikan aliran darah sehingga bisa menyebabkan jaringan
menjadi mati.
d. Elevation
(ditinggikan)
Elevasi
dilakukan dengan cara meninggikan bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari
jantung, yang berfungsi untuk mengurangi pengaliran cairan yang berlrbihan.
D. Rehabilitasi
Proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat
agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seopymial mungkin kegunaan jasmani,
rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi di defenisikan sebagai
“suatu program holistik dan terpadu atas intervesi-intervensi medis, fisik, psikologis,
dan vokasional yangb memberdayakan seseorang yang membnerdayakan seseorang
untuk meraih pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif
yaqng fungsional dengan dunia.
Rehabilitasi
terbagi atas 3 ,yaitu :
a. Heartreatman
Heat treatmen yang di berikan adalah
dengan memberikan sinar cahaya untuk proses penyembuhan dengan menggunakan IRR
(Infra Red Rays) yaitu dengan sinar buataan (artificial) yang disebut dengan
lampu solux.
Pencahayaan diarah pada otot yang cidera
dengan jarak lebih kurang 50cm, lama pemberian yaitu 20-30 menit.
Manfaat
terapi menggugunakan lampu solux
-
Untuk memperlncar sirkulasi darah
-
Relaksasi otot
-
Untuk merangsang sistem syaraf priver
b. Massages
teraphy
Yaitu pengobatan dengan cara memijit
atau massage yang biasa digunakan dengan cara dan teknik friction dan eflurase,
pemberian masasse ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, memulihkan
elastisitas otot, menaikan tonus otot, memecah pengumpulan darah, melepaskan
perlengketan otot.
Dibawah
ini merupaka contoh teknik friction dan eflurase :
v Friction
v Eflurase
c. Exercise
teraphy
Pengobatan yang di gunakan dengan cara
latihan yang bertujuan untuk melatih bagian otot yang kaku. Pengobatan ini
terbagi dengan 2 cara:
·
Pasif excercise teraphy
Pasien didiamkan
dan fisioterapi yang aktif. Pelaksanaannya adalah fisioterapi menggerakan
tangan korban dengan gerakan fleksi, dan ektensi. Gerakan ini dilakukan sekali
sehari dengan 10 kali pengulangan dan dilakukan setiap hari, sampai korban
mampu untuk menggerakan sendiri bagian otot yang cedera.
·
Aktif excersise
Yaitu gerakan yang
dilakukan secara sadar ( volentari ). Yang terbagi atas 4 bagian,yaitu :
ü Assisted
aktif excercise
Pada tahap ini pasien sudah bisa
menggerakan bagian otot yang cedera tapi masih butuh bantuan dari fisioterapi.
Gerakan ini membutuhkan 10-12 kali pengulangan setiap harinya, sampai pasien
dapat melakukan gerakan sendiri.
ü Free
aktif exercise ( bebas )
Pada tahap ini pasien sudah dapat
melakukan gerakan fleksi dan ektensi pada bagian otot yang cedera dengan bebas
dan si penolong hanya memberikan arahan kepada pasien bagaimana gerakan
dilakukan. Gerakan ini diulang sebanyak 10-12 kali dalam satu hari.
ü Resisted
aktif exercise ( tahanan )
Pada tahapan ini pasien telah bisa
melakukan gerakan sendiri dan bahkan gerakan yang dilakukan oleh pasien
tersebut sudah menggunakan beban, seperti barbel. Gerakan yang dilakukan oleh
korban yaitu sebanyak 10-12 kali sampai keadaan otot pada korban normal,
gerakan yang dilakukan adalah fleksi dan ektensi. Seperti gambar dibawah ini:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot kepala, cedera kaki. Cedera
tidak dapat dihindari oleh atlet, terutama pada olahraga yang melibatkan
benturan fisik seperti Pencak silat. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan
dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi untuk cedera lebih lanjut.
Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Stabilization).
Agar cedera dapat dihindari melakukan pemanasan dan pendinginan dengan benar,
latihan (training) dan strength training, sehat jasmani dan rohani, mematuhi
aturan pertandingan dan memperhatikan masa pemulihan atlet setelah fase cedera.
B. Saran
penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah yang berjudul upaya pencegahan cedera pada
pencak silat masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka dari
itu saya selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hardianto
Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
www.Artikel
cedera olahraga pencak silat.com